PTK PENGGUNAAN HANDPHONE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARANELAJAR

P T K

PENGGUNAAN HANDPHONE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Oleh

DRS. KHUSNUL HUDA

LEMBAGA PENDIDIKAN MAARIF NU GRESIK

MADRASAH TSANAWIYAH HASYIMIYAH BUNGAH GRESIK

NOPEMBER 2007

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian dengan judul : Penggunaan Handphone sebagai Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Telah disahkan tanggal 27 Nopember 2007

Kepala MTs Hayimiyah

H. Maghfur S.Pd.I

ABSTRAK

Khusnul Huda,Drs.2007, Penggunaan Handphone sebagai media pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Kata Kunci : Handphone, Media Pembelajaran dan Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam proses pembelajaran, hanya dengan cara /metode belajar serta media konvensional, semisal LKS, Buku Pelajaran dsb tentu akan membosankan dan pada gilirannya akan merurunkan minat belajar peserta didik. Akibatnya hasil belajar siswa akan menurun. Oleh karena itu perlu diambil langkah-langkah yang kreatif dan inovatif, sehingga pada akhirnya ketuntasan belajar akan tercapai.

Pada penelitian ini dipergunakan pendekatan kualitatif, dengan tujuan utama adalah meningkatkan kembali minat dan motivasi siswa untuk lebih banyak belajar dengan media pembelajaran yang menyenangkan. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan pada semester pertama tahun 2007/2008, dengan mengambil sampel siswa kelas IX-A yang keseluruhan siswanya adalah laki-laki, dan minat belajarnya rendah disbanding kelas IX-B yang perempuan semua. Pertimbangan lain, bahwa siswa kelas IX-A rata-rata memiliki hand phone, dan di kelas IX sudah diajarkan masalah internet pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Adapun tahapan pelelitian ini 1) Setting Gprs/Wap pada HP siswa 2)Pemberian Tugas pada siswa 3) Siswa mengumpulkan tugas 4) Penilaian tugas 5) Wawancara dengan siswa 6) membandingkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa tertarik dengan model belajar dengan menggunakan HP yang relatife masih baru, sehingga mendorong minat siswa untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang tidak terdapat pada buku teks, sehingga menambah luas wawasan mereka.

KATA PENGANTAR

Alhandulillah , tiada Tuhan selain Dia dan Nabi Muhammad saw adalah rasul-Nya, shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada nabi Muhammad saw serta para pengikutnya sepanjang masa.

Berkat pertolongan-Nya serta dukungan dari Bapak kepala MTs Hasyimiyah dan semua guru, TU dan siswa MTs Hasyimiyah juga istri dan anak-anak tercinta akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas (PTK) ini sesuai perencanaan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak. Semoga atas bantuan, dukungan, motivasi yang telah mereka lakukan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini walaupun sudah selesai namun tidak menutup kemungkinan adanya berbagai kekurangan dan kelemehan, dan semua itu adalah karena keterbatasan penulis semata. Oleh karena itu kritik, saran, koreksi dari semua pihak selalu penulis harapkan, sehingga akan meminimalisir kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil penelitian ini, serta sebagai acuan bagi penulis khususnya dan para peneliti pada umumnya untuk dapat berkarya lebih baik dan bermutu.

Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat, sekaligus dicatat Allah sebagai amal shalih. Amin.

Gresik, 25 Nopember 2007

Peneliti

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meningkat, juga pemerintah mulai dari daerah sampai ke pusat nampaknya ikut berlomba-lomba menaikkan anggaran pendidikan sampai 20%. Dengan kenyataan tersebut dunia pendidikan juga dituntut untuk meningkatkan kualitas peserta didiknya sehingga mencapai standar kompetensi lulusan sesuai yang diharapkan oleh semua pihak. Karena itulah maka ditetapkan Standar Nasional Pendidikan yang memuat delapan standar, yaitu: 1) Standar Isi 2) Standar Proses 3) Standar Kompetensi Lulusan 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5) Standar Sarana dan Prasarana 6) Standar Pengelolaan 7) Standar Pembiayaan 8) Standar Penilaian.

Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam (PAI) yang termasuk rumpun pelajaran moral dan akhlak mulia, bertujuan memberi wawasan dan keterampilan pengetahuan agama dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa, di sisi lain pelajaran SKI juga seperti pelajaran sejarah yang dituntut dapat membuka tabir kebenaran masa silam. Dua hal yang menjadi tuntutan itulah yang menjadikan pelajaran SKI lebih kompleks dari pelajaran PAI yang lain dan juga pelajaran Sejarah pada umumnya.

Dalam pembelajaran Sejarah pada umumnya didominasi metode ceramah dan media pembelajarannya kebanyakan berupa buku-buku. Sehingga para peserta didik merasa bosan dan minatnya menurun, yang pada gilirannya hasil belajar siswa tidak mencapai kompetensi. Oleh karena itu perlu dikembangkan berbagai metode pembelajaran yang sekiranya dapat mengantarkan peserta didik mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau bahkan siswa dapat melebihi KKM.

Sementara itu dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada tantangan membangun ketrampilan abad-21 (ketrampilan yang bermelek teknologi informasi dan komunikasi), yaitu ketrampilan yang akan banyak mengandalkan media/sarana teknologi informasi dan komunikasi. Diantara media teknologi dan informasi yang saat ini dimiliki oleh hampir semua lapisan masyarakat, termasuk guru dan siswa adalah handphone yang fitur-fiturnya sekarang menandingi computer, termasuk dalam menjelajah dunia maya (internet). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mencoba menjadikan handphone sebagai media pembelajaran.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas kiranya dapat dirumuskan beberapa masalah:

1. Apakah media handphone dapat meningkatkan minat belajar siswa?

2. Apakah belajar dengan menggunakan media handphone dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

1. Agar siswa tidak bosan dalam belajar SKI, sebaliknya siswa merasa senang dalam belajar, sehingga timbul minat yang lebih tinggi untuk menggali lebih dalam lagi sejarah kebudayaan Islam.

2. Supaya hasil belajar siswa meningkat, baik pada rana kogniitif maupun afektif.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, adalah sebagai pengalaman baru dalam proses pembelajaran; mempermudah untuk menemukan informasi/pengetahuan yang terkait dengan materi pelajaran SKI; menambah wawasan siswa; dan pengalaman ini dapat digunakan untuk mencari informasi yang terkait dengan pelajaran yang lain.

2. Bagi guru, untuk membantu dalam membimbing siswa mencapai kompetensi dengan media yang menyenangkan; memotivasi guru untuk selalu kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah, untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

4. Bagi pengembangan Kurikulum, merupakan upaya penyempurnaan Kurikulum

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Pendekatan yang dilakukan dalam penelian ini adalah pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini berupaya mengkaji lebih mendalam tentang penggunaan media Handphone dalam rangka meningkatkan rana kognitif dan afektif siswa pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Pendekatan ini sesuai dengan penelitian tindakan kelas (PTK), sebagaimana dikemukakan Moleong (1991) dalam bukunya tentang Metodologi penelitian kualitatif bahwa penelitian kualitatif, peneliti sebagai pengumpul data dan menganalisa data sebagaimana adanya di lapangan, memaparkannya sebagainmana adanya serta hasil penelitian bersifat deskriptif karena data-data yang terkumpul hanya berupa kat-kata/kalimat bukan angka-angka.

Sementara itu PTK atau Classroom Action Research yang berbasis kelas/sekolah, terdapat tindakan untuk perbaikan pembelajaran maupun peningkatan mutu pembelajaran di kelas, menurut Kasbollah (Kasbollah,1999). Dan inti PTK adalah berpangkal pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh guru di kelas (Susilo,Herawati 2003).

Desain Penelitian a) perencanaan b) tindakan c) observasi d) refleksi.

B. Penelitian yang Relevan

Berbagai kajian tentang pembelajaran baik berupa artikel, makalah, penelitian tindakan kelas (PTK), skripsi maupun buku dan lain-lain, namun peneliti belum menemukan kajian mengenai penggunaan handphone sebagai media pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Diantara kajian-kajian itu adalah:

“Strategi Pembelajaran aktif learning” yang ditulis oleh oleh : Drs. Hartono, M.Pd, kajian ini membahas tentang pengertian aktif learning (pembelajaran aktif) dan membedakannya dengan pembelajaran konvensional serta berbagai strategi pembelajaran aktif, diantara perbedaan antara keduanya adalah dalam pembelajaran konvensional kurang banyak menggunakan media, sedangkan dalam pembelajaran aktif menggunakan banyak media (http://edu-articles.com/strategi-pembelajaran-active-learning/). Namun kajiannya tidak membahas sama sekali tentang macam-media pembelajaran yang berkaitan dengan aktif learning.

“Teori Belajar dan Pembelajaran E-Learning”, E-learning merupakan sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning. E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.

“Perancangan dan Implementasi Model Pembelajaran e-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di PJTE FPTK UPI” karya Hasbullah, dijelaskan bahwa E-learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan Internet (World Wide Web) yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang bisa menghubungkan semua unit komputer dalam sebuah perusahaan).

ah

“Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Media Pembelajaran” karya Muhammad Adri, menjelaskan tentang media pembelajaran yang berbasis computer sekaligus internet, yang merupakan penyempurnaan dari pembelajaran model e-learning (elektronik learniang), dengan media yang sisebut e-Media singkatan dari electronic media, artinya media yang berbasiskan pada peralatan elektronik. e-Media berkembang sangat variatif, seiring dengan perkembangan media-media elektronik, seperti e-media konvensional berupa kaset rekaman pengajaran dan program TV pendidikan, e-media berbasis komputer terdiri dari CD, CD MP3, VDC dan DVD, serta e-media berbasis internet seperti e-news, e-Journal, e-Book, e-Consultant, Chatting, Newsgroup dan lain sebagainya (Copyright © 2003-2008 IlmuKomputer.Com).

C. Kerangka Berfikir

1. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat untuk mendefinisikan apa itu Sejarah Kebudayaan Islam. Walaupun belum ada definisi tunggal menganai Sejarah Kebudayaan Islam, bukan berarti Sejarah Kebudayaan Islam tidak dapat dikenali. Seperti apa yang telah diutarakan oleh Badri Yatim (1985:5) sebagai pengetahuan Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai beberapa karakteristik, yaitu bahwa obyek Sejarah Kebudayaan Islam mengenai peristiwa-perittiwa keislaman di massa lalu.

Sementara menurut Koentjaraningrat, (1985 : 5) kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud:

(1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, perauran, dan sebagainya,

(2) wujud kelakuan, yaitu wujudkebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

(3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan seagai benda-benda hasil karya. Dengan mengetahui obyek penelaahan Sejarah Kebudayaan Islam, kita dapat mengetahui hakekat Sejarah Kebudayaan Islam yang sekaligus dapat diketahui juga kemajuan dan kemunduran serta kejatuhan dalam Sejarah Kebudayaan Islam. Sejarah Kebudayaan Islam itu timbul karena pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan (daya cipta dan karsa = budaya ) manusia yang berhubungan dengan kejadian yang dialaminya. Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai kawasan kajian yang sangat luas diantaranya : tempat peristiwa, nama tokoh peristiwa, jenis peristiwa, tahun peristiwa,. sebab-sebab terjadi (latar belakang) dan sebab kemunduran dan kejatuhannya dan lain-lain.

Mengenai obyek Sejarah Kebudayaan Islam, Jaih Mubarok (2004 : 12) kebudayaan memiliki empat unsur (rukun) : (1) kayakinan (belief), (2) nilai (value), (3) norma (norm), (4) symbol (symbol). Sementara menurut Koentjaraningrat, (1985 : 5) kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatukomplek ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, perauran,dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan seagai benda-benda hasil karya. Dari segi kepercayaan, Harusn Nasution menjelaskan, bahwa agama pada hakekatnya memiliki dua kelompok ajaran, yaitu kelompok pertama adalah ajaran yang diwahyukan Allah swt. dan kelompok kedua adalah penafsiranya. Kelompok pertama bersifat absolute, mutlak tidak berubah dan tidak bisa diubah, sementaqra kelompok kedua bersifat nisbi, berubah, ddan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman, yang selanjutnya disebut dengan peradaban atau kebudayaan.

Dengan mengetahui objek sejarah Kebudayaan Islam tersebut, maka dalam mempelejari Sejarah Kebudayaan Islam dengan meperhatikan berbagai peristiwa dan hasil budaya masyarakat dimasa kejayaan umat Islam di masa lalu, melalui periodisasi dan klasifikasi hasil budaya tersebut berupa karya seni, karya idea (ilmu), dan lain-lain.

2. Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Kegiatan atau usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang tidak dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedang perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar.

Ausebel mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya, sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki (Hudoyo, 1990:138). Dalam teori belajar /Robert M. Gagne/ yang diungkapkan (1980:138) dikatakan bahwa dalam belajar ada dua obyek yang dapat diperoleh peserta didik, obyek langsung dan obyek tak langsung. Obyek tak langsung antara lain: kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja dan lain-lain), bersikap positif dan mengerti bagaimana seharusnya belajar.

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu,didasari pada apa yang telah diketahui orang. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sejarah hasil ide-ide yang abstrak (idea) yang tidak lepas dari perilaku kehidupan manusia masa lalu, khhususnya umta Islam mulai masa Rasululullah saw. Maka dalam meplejari Sejarah Kebudayaan Islam tidak lepas dari pola kehidupan yang dilakukan masyarakat Islam pada masa tersebut, seperti pada masa Dinasti Abbasiyah, maka dalam mempelajari sejarah pada masa Dinasti Abbasiyah harus mengetahui pola kehidupan masanya, lebih khusus lagai bila ingin mengetahui kemjaun yang dicapai oleh Dinasti Abbasiyah, maka harus mengetahui pola kehidupan pada masanya, yakni masa penggalian ilmu-ilmu keislaman secara mendalam oleh setiap orang melalui penerjemahan berbagai khazanah ilmu pemngetahuan yang ada dan berkembang pada masa itu.

Dalam proses belajar Sejarah Kebudayaan Islam terjadi proses berfikir. Seseorang dikatakan berfikir bila melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar Sejarah Kebudayaan Islam selalu melakukan kegiatan mental. Sehingga dalam berfikir, seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan antar bagian-bagian informasi sebagai pengertian, kemudian dapat disusun kesimpulan. Dalam proses itu juga melibatkan bagaimana bentuk kegiatan mengajarnya.

Mengajar adalah suatu kegiatan dimana guru menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik, sehingga mengajar bisa dikatakan baik, apabila hasil belajar peserta didik juga baik. Apabila terjadi proses belajar mengajar itu baik, maka dapat diharapkan bahwa hasil belajar peserta didik akan baik pula. Dengan demikian peserta didik sebagai subyek akan dapat memahami Sejarah Kebudayaan Islam, selanjutnya mampu mengaplikasikan pada situasi yang baru, seperti menerapkan pada masa dima a perserta didik itu hidup.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar mengajar menurut Herman Hudoyo (1988:6) kegiatan belajar yang kita kehendaki akan bisa tercapai bila faktor-faktor berikut ini dapat dikelola sebaik-baiknya:

1. Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada peserta didik. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapannya untuk belajar Sejarah Kebudayaan Islam, bagaimana kondisi peserta didik, dan kondisi fisiologisnya. Orang yang dalam keadaan sehat jasmani akan lebih baik belajar daripada orang yang dalam keadaan lelah, seperti perhatian,pengamatan, ingatan juga berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang.

2. Pengajar

Kemampuan pengajar dalam menyampaikan materi dan sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Seorang pengajar yang tidak menguasai materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan baik dan kurang menguasai cara menyampaikan dengan tepat dapat mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran dan yang kedua dapat menimbulkan kesulitan peserta didik dalam memahami Sejarah Kebudayaan Islam. Akibatnya proses belajar Sejarah Kebudayaan Islam tidak berlangsung efektif.

3. Sarana dan prasarana

Sarana yang lengkap seperti adanya buku teks dan alat bantu belajar merupakan fasilitas yang penting. Demikian pula prasarana yang cocok seperti ruangan dan tempat duduk yang bersih dan sejuk bisa memperlancar terjadinya proses belajar. Tidak menutup kemungkinan penyediaan sumber lain, seperti majalah tentang pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam, laboratorium Sejarah Kebudayaan Islam dan lain-lain akan dapatmeningkatkan kualitas belajar.

4. Penilaian

Penilaian dipergunakan untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara pengajar dan peserta didik. Disamping itu penilaian juga berfungsi untuk meningkatkan kegiatan belajar sehingga dapat diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar apabila kurang berhasil. Penilaian juga mengacu pada proses belajar, yang dinilai adalah bagaimana langkah-langkah berfikir peserta didik dalam menganalisis masalah Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan demikian, apabila langkah-langkah analisis masalah benar, telah menunjukkan proses belajar peserta didik baik.

Pada kenyataanya, dalam proses belajar mengajar masih dijumpai bahwa peserta didik mengalami kesulitan belajar. Kenyataan inilah yang harus segera ditangani dan dipecahkan. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Menurut Soejono (1984:4) kesulitan belajar peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun factor eksternal seperti: fisiologi, faktor sosial, faktor pedagogik.

Obyek yang dapat kita periksa untuk mengetahui penyebab kesukaran peserta didik belajar contohnya seperti: (a) materi yang diajarkan dianggap terlalu sulit, (b) pengajarannya yang kurang baik dan dapat disebabkan oleh kesalahan pengajaran dalam menyajikan metode ataupun tidak adanya alat peraga, dan (c) dari peserta didik sendiri disebabkan karena kelemahan jasmani, kurang cerdas, tidak ada minat, tidak ada bakat, emosi tidak stabil, suasana yang tidak mendukung.

Dari uraian tersebut bahwa diantara factor yang menyebabkan kesulitan belajar adalah tidak adanya alat peraga atau media pembelajaran.

1. Peranan Media Pembelajaran

Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :

a. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.

b. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.

c. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.

Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar (Djamarah, 2002; 137). Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti taperecorder.

b) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

c) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis :

a. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Sementara itu, selain media-media tersebut di atas, di lembaga pendidikan kehadiran perangkat komputer telah merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain sangat banyak pengguna jasa dibidang komputer yang mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pengajar terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan pengajaran sejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatasan informasi dan pelatihan yang mereka peroleh.

2. Internet sebagai Media dan Sumber Pembelajaran

Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD-ROM Interkatif dan lain-lain.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).

Khan (1997) mendefinisikan pengajaran berbasis web (WBI) sebagai program pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut dan sumber daya World Wide Web (Web) untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Sedangkan menurut Clark (1996), WBI adalah pengajaran individual yang dikirim melalui jaringan komputer umum atau pribadi dan ditampilkan oleh web browser. Oleh karena itu kemajuan WBI akan terkait dengan kemajuan teknologi web (perangkat keras dan perangkat lunak) maupun pertumbuhan jumlah situs-situs web di dunia yang sangat cepat. Kemajuan perangkat keras ditandai dengan pemakaian teknologi ATM (Asynchronous Transfer Mode) dan serat optis yang memungkinkan transfer data yang besar dan cepat. Dalam bidang perangkat lunak, Java yang dikembangkan oleh Sun Microsystems mampu membuat aplikasidalam halaman web yang bersifat dinamis.

Disamping itu perkembangan WBI juga dipacu oleh besarnya keuntungan yang didapat bila dibanding dengan media pengajaran lainnya. Pemanfaatan internet dalam WBI ini mampu mendorong perkembangan universitas terbuka atau pembelajaran jarak jauh, karena WBI dianggap paling murah dibanding CAI/CBI, siaran radio, kaset video, dan lainlainnya. Dengan WBI ini belajar tidak lagi terikat dengan waktu dan ruang tentunya. Pada kenyataannya sekarang ini, melalui internet memang bisa mengirim video tetapi tidak mampu secepat kalau mengakses kaset video, televisi, atau CD-ROM secara langsung. Lagi pula, interaksi waktu nyata yang dijalin tidak sebaik komunikasi telepon ataupun konferensi video. Sedangkan informasi tekstual yang diperoleh pun juga tidak sebaik dari buku atau majalah. Akan tetapi mengapa web demikian pesat perkembangannya? Hal ini karena dalam web bisa didapatkan gabungan keuntungan atas media lain tersebut. Dalam web bisa diperoleh informasi video dan suara sekaligus teks dan gambar serta dimungkinkan komunikasi interaktif dari berbagai sumber informasi di seluruh dunia. Disamping itu, menurut McManus (1995) ternyata jaringan internet bukanlah semata-mata suatu media, tetapi lebih dari itu juga merupakan pemberi materi dan sekaligus materinya. Karena banyak pula situs-situs Web yang dibuat dalam rangka memenuhi kebutuhan segala lapisan masyarakat, termasuk dunia pendidikan. Sehingga internet mungkin tidak hanya sekedar sebagai media pembelajaran, tapi juga sumber pembelajaran.

3. Handphone

Sejak berakhirnya melinium ke-2 dan memasuki melinium ke-3 ini pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat, pada sekitar tahun 1990-an saja orang masih jarang yang mengenal computer di Indonesia, namun pada tahun 2007 ini di satu desa yang terpencil saja sudah banyak yang memiliki computer sendiri, apalagi Handphone, pada saat sekarang ini hampir semua siswa tingkat SMP/MTS memiliki handphone, padahal tahun 1990-an hanya pejabat tinggi dan pengusaha besar saja yang memiliki handphone.

Handphone yang semula hanya dirancang sebagai alat komunikasi pada perkembangannya kini sudah menyaingi fungsi computer dan laptop, disamping harganya pun terjangkau kalangan bawah, dengan uang dua ratus ribu saja sudah dapat handphone. Handphone baik yang GSM maupun yang CDMA rata-rata sudah dilengkapi fitur browser untuk dapat menjelajah dunia maya/internet. Hal ini memang bisa berdampak positif dan juga negative. Inilah yang kadang-kadang mengkhawatirkan baik orang tua maupun pihak sekolah, sehingga banyak sekolah yang melarang siswa membawa handphone. Tapi larangan itu banyak hanya tinggal di kertas, pada prakteknya anak-anak tetap banyak yang membawa handphone kemana-mana, termasuk ke sekolah.

Kemajuan teknologi informasi tampaknya memang sudah tidak dapat dibendung lagi, ini salah satu tantangan bagi dunia pendidikan, bagaimana dapat memanfaatkan tantangan menjadi peluang untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Kekurangan/ buku-buku teks pelajaran, menurunnya minat mencari informasi melaui media cetak (termasuk buku), dan merebaknya handphone kiranya dapat menjadi tantangan dan sekaligus peluang untuk meningkatkan kompetensi siswa dengan menjadikan handphone sebagai media pembelajaran.
Kajian tentang pembelajaran dengan menggunakan handphone memang belum pernah penulis temukan, namun mungkin tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang disebut e-learning, e-media atau m-learning, yaitu suatu model pembelajaran yang berbasis computer.
Pembelajaran e-learning menurut Rossett dapat dikategorikan menjadi dua :

1. Computer-based Training (CBT)

CBT merupakan proses pendidikan berbasiskan komputer, dengan memanfaatkan media CDROM dan disk-based sebagai media pendidikan (Horton, 2000). Dengan memanfaatkan media ini, sebuah CD ROM bisa terdiri dari video klip, animasi, grafik, suara, multimedia dan program aplikasi yang akan digunakan oleh peserta didik dalam pendidikannya. Dengan CBT, proses pendidikan melalui classroom tetap dapat terlaksana, sehingga interaksi dalam proses pendidikan dapat terus berlangsung, yang dibantu oleh kemandirian peserta didik dalam memanfaatkan CBT.

2. Web-based training (WBT)

Web-based training (WBT) sering juga diidentikkan dengan e-learning, dalam metoda ini selain menggunakan komputer sebagai sarana pendidikan, juga memanfaatkan jaringan Internet, sehingga seorang yang akan belajar bisa mengakses materi pelajarannya dimanapun dan kapanpun, selagi terhubung dengan jaringan Internet (Rossett, 2002).

Kategori yang kedua (WBT) itu, yaitu pembelajaran yang berbasis Web atau jaringan internet, yang akan diterapkan pada penelitian ini, dengan menggunakan handphone sebagai media pembelajaran, bukan computer.

3. Hipotesis

Proses belajar dan hasil belajar siswa pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan meningkat, jika minat belajar siswa juga meningkat didorong oleh media dan sumber belajar yang menarik/ menyenangkan.

1. Penelitian ini dilakukan pada kelas IX-A, dengan materi pokok Kemajuan dinasti Abbasiyah di bidang ilmu Agama Islam

2. Aspek yang diteliti adalah motivasi siswa (rana afektif) serta kompetenti siswa (rana kognitif) dalam proses dan hasil pembelajaran.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelian ini adalah pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini berupaya mengkaji lebih mendalam tentang penggunaan media Handphone dalam rangka meningkatkan rana kognitif dan afektif siswa pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Pendekatan ini sesuai dengan penelitian tindakan kelas (PTK), sebagaimana dikemukakan Moleong (1991) dalam bukunya tentang Metodologi penelitian kualitatif bahwa penelitian kualitatif, peneliti sebagai pengumpul data dan menganalisa data sebagaimana adanya di lapangan, memaparkannya sebagainmana adanya serta hasil penelitian bersifat deskriptif karena data-data yang terkumpul hanya berupa kat-kata/kalimat bukan angka-angka.

Sementara itu PTK atau Classroom Action Research yang berbasis kelas/sekolah, terdapat tindakan untuk perbaikan pembelajaran maupun peningkatan mutu pembelajaran di kelas, menurut Kasbollah (Kasbollah,1999). Dan inti PTK adalah berpangkal pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh guru di kelas (Susilo,Herawati 2003).

Desain Penelitian a) perencanaan b)tindakan c) observasi d)revleksi.

B. Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas IX –A MTS Hasyimiyah Bungah Gresik Semester I tahun pelajaran 2007 – 2008. Penelitian berlangsung 1 bulan (Nopember 2007).

C. Sumber Data

Data yang dikumpulkan peneliti meliputi: Hasil tes tulis siswa, , pengamatan dan lembar tugas siswa. Sumber data adalah siswa kelas IX-A MTs Hasyimiyah tahun pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 50 siswa.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data pada penelitian ini meliputi:

1. Alat pengumpulan data:

a. Soal Tes

Yaitu penilaian baik pre tes maupun post tes yang dilakukan pada saat proses pembelajaran, baik berupa tes tulis maupun lisan. Tes ini dilakukan baik untuk memberi motivasi siswa maupun untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

b. Lembar Penilaian

Yaitu instrument penilaian yang digunakan untuk mencatat hasil nilai siswa, baik dalam mengerjakan tes tulis, menjawab tes lisan, merespon materi pembelajaran, mengerjakan tugas.

2. Metode pengumpulan data:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung pada sikap/prilaku siswa dalam proses pembelajaran

b. Catatan lapangan, sebagai catatan untuk memperoleh data yang akurat dan apa adanya, sehingga hal-hal yang tidak terekam dalam observasi dapat diambil dari catatan lapangan.

E. Validitas Data

F. Analisis Data

G. Indikator Kinerja

H. Prosedur Penelitian

Hasil pengujian pembelajaran gambar teknik dengan metode e-learning akan menghasilkan data-data dan penyajian materi yang lebih simple dan dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. Dimanapun mereka berada, ketika ada komputer yang telah terkoneksi dengan internet, maka mereka dapat

memperoleh informasi dan materi yang diperlukan. Adapun langkah untukmenganalisis data penelitian dapat dilakukan dengan beberapa langkah, diantaranya :

1. Menyiapkan materi bahan ajar : materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanaya materi dan soal yang disediakan dan hasil pengerjaanya dapat ditampilkan. Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan mahasiswa mendapatkan apa yang dibutuhkan.

2. Membuat Komunitas : para mahasiswa dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh dukungan dan berbagai informasi yang saling menguntungkan

3. Menyediakan Pengajar online : Para dosen/ pengajar selalu online untuk memberikan arahan kepada para mahasiswa, menjawab pertanyaan dan membantu dalam diskusi.

4. Kesempatan bekerja sama : adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan online sehingga proses belajar mengajar dapat dilakukan secara bersamaan atau real time tanpa kendala jarak.

5. Menggunakan fasilitas Multimedia : penggunaan teknologi audia

3. Tahap-tahap Penelitian

a. Perencanaan siklus I

Penelitian dilaksanakan minggu pertama bulan nopember 2007.

Tahap perencanaan meliputi :

1) Membuat Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) dengan materi Kemajuan di bidang ilmu Hadis

2) Mempersiapkan kelas IX A yang berjumlah 50 siswa, termasuk mengecek siswa yang punya handphone yang ada mini browsernya

3) Setting GPRS handphone siswa memiliki

Kegiatan/pelaksanaan :

1) Kela IX A dari jumlah 50 siswa dibagi dalam 10 kelompok, yang masing-masing kelompok terdapat minimal dua handphone.

2) Semua siswa/kelompok yang pegang handphone disuruh membuka menu web/layanan internet, kemudian menuliskan kata “kemajuan ilmu Hadis” pada pencarian baik yang google maupun yahoo, lalu tekan cari atau search, maka beberapa detik muncullah sekitar 5 halaman web.

3) Dari 5 web page tadi satu kelompok membuka satu, sedangkan kelompok 6 – 10 membuka web berikutnya yang keluar . Sehingga masing-masing kelompok membuka halaman web yang berbeda.

4) Setiap siswa dalam kelompok membaca halaman Web yang berkaitan dengan materi, kemudian setiap kelompok menyimpulkan dalam bentuk uraian tertulis.

5) Setelah semua selesai, maka wakil masing-masing kelompok mempresentasikan hasil/kesimpulannya secara bergiliran dan kelompok lain menanggapinya.

6) Peneliti memandu jalannya diskusi sambil melakukan catatan dan penilaian.

7) Pada akhir pertemuan peneliti menyimpulkan hasil diskusi.

Tahap Evaluasi:

1) Mengevaluasi afektif siswa melalui pengamatan baik saat membaca halaman web maupun saat diskusi.

2) Mengevaluasi kognitif siswa melalui pengamatan terhadap kemampuan siswa saat presentasi maupun mengajukan pertanyaan, sanggahan, kritikan hasil kelompok lain dan mempertahankan hasil resume kelompoknya.

3) Semua penilaian kelas direkam sebagai follow up untuk mendapatkan gambaran hasiltindakan

Refleksi :

Semua hasil tindakan siklus pertama digunakan untuk membuat perencanaan siklus II.

b. Perencanaan Siklus II

Dilaksanakan minggu ketiga bulan Nopember 2007

Tahap Perencanaan:

1) Menyusun Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) dengan materi “Kemajuan di bidang ilmu Fiqih”

2) Kelas yang digunakan tempat penelitian sama, yaitu kelas IX A

3) Setiap siswa membawa handphone, yang sudah disetting GPRS

Pelaksanaan:

1) Setiap siswa membuka menu browser, dan mengetikkan kata” Kemajuan ilmu Fiqih.”

2) Dari beberapa web yang muncul, siswa membuka halaman yang sama yang ditentukan guru/peneliti.

3) Siswa diberi kesempatan membaca halaman web selama 20 menit.

4) Kemudian HP ditutup dan disimpan dalam tas, dan guru menguji dengan tes tulis uraian.

Evaluasi

1) Evaluasi lebih difokuskan pada kognitif siswa secara individual

2) Peneliti mendeskripsikan hasil soal/tes tulis siswa dan mengevaliasinya serta menganalisis melalui analisis hasil ulangan.

3. Peneliti menyimpulkan hasil evaluasi dan analisis.

Refleksi

Hasil evaluasi siklus I dan II dideskripsikan dan dianalisis secara kualitatif dan comparasi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Siswa kelas IX A yang semuanya adalah laki-laki pada umumnya kurang berminat untuk belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini dapat dibuktikan, di kelas saat proses pembelajaran berlangsung kondisinya gaduh dan jarang yang mau memperhatikan pelajaran, pada saat istirahat pun jarang yang mau mengunjungi perpustakaan. Sedangkan di rumah juga demikian, buktinya jika diberi tugas dan pekerjaan rumah (PR), banyak siswa yang mengerjakannya di sekolah.

Dengan kenyataan di atas jelas hasil belajar siswa kelas IX A belum sesuai harapan atau bahkan kurang dari 50 % yang mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) baik pada tiap Ulangan Harian (UH) maupun Ujian Tengah Semester (UTS)

B. Deskripsi Siklus I

Dari hasil observasi dan evaluasi pada siklus I, menunjukakan bahwa ada peningkatan minat.,motivasi dan rasa kebanggaan siswa akan nilai-nilai peninggalan kebudayaan islam, dengan kata lain dari rana afektif siswa naik, hal ini dibuktikan dengan semangat siswa mengikuti pembelajaran dengan media/sumber handphone begitu antusias, terutama bagi yang membawa handphone sendiri. Karena pada pembelajaran-pembelajaran sebelumnya meskipun dengan metode diskusi, simulasi, bermain peran, apalagi metode ceramah dan medianya adalah buku dan sejenisnya, para siswa tampak acuh tak acuh, bahkan pada waktu ujianpun jarang yang mau belajar/membaca buku Sejarah Kebudayaan Islam.

Dari sisi kognitif juga meningkat, hal ini tampak pada saat kelompok mendeskripsikan dan meresume materi yang berasal dari Web, juga tampak jelas pada saat mempresentasikan dan mengajukan pertanyaan, kritikan, sanggahan, atau dari mereka mengemukakan pendapat dan mempertahankannya.

Namun demikian, meskipun ada peningkatan baik rana afektif maupun kognitif, pada siklus pertama ini nilai siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 78%, belum sesuai yang diharapkan.

Dengan melihat kenyataan tersebut peneliti melakukan evaluasi dan menyimpulkan ada beberapa factor yang menyebabkannya, yaitu:

1. Keterbatasan jumlah Handphone, yaitu ada 2 : 5 (dua handphone untuk lima siswa.

2. Pengelompokan siswa, walaupun ada segi positifnya, namun segi negatifnya adalah siswa yang malas hanya mengandalkan siswa lain.

3. Para siswa masih agak canggung dalam menggunakan handphone, sehingga tidak focus pada materi pelajaran atau materi yang ada pada halaman web yang disajikan.

4. Sajian halaman web yang berbeda-beda menimbulkan kebingungan siswa.

Oleh karena itu dilakukan sekali lagi (siklus II) dengan menyuruh semua siswa membawa handphone, kemudian membuka halaman web yang sama, dan siswa tidak dikelompokkan, tapi belajar sendiri, mengerjakan tugas sendiri (secara individual).

Pada siklus kedua, di mana para siswa secara individual membuka halaman web dan mendalaminya secara sendiri-sendiri serta mereka sudah tidak canggung dalam menggunakan handphone, manunjukkan bahwa siswa semakin besar motivasinya. Hal ini terlihat pada sikap mereka yang bertambah antusias dalam proses pembelajaran. Mereka pun yang tidak memiliki handphone berusaha pinjam kepada saudara-saudaranya, sehingga pada saat proses pembelajaran baik mental maupun media /sumber belajar sudah siap.

Setelah proses pembelajaran selesai maka diadakan tes tulis, dan memang hasilnya tambah meningkat drastis. Siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal naik menjadi 96%

BAB V

P E N U T U P

A. Simpulan

Dari hasil paparan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa dengan menggunakan media dan sumber belajar Handphone dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

2. Dengan meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Handphone sebagai media dan sumber belajar pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Implikasi/Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini kiranya dapat direkomendasikan perlunya mobile learning (m-learning) dengan menggunakan handphone sebagai media belajar.

C. Saran-saran

Dari hasil penelitian ini tampak jelas betapa pentingnya media dan sumber belajar, namun demikian, media dan sumber belajar yang monoton dan konvensional seperti berupa buku,LKS dan sejenisnya akan membosankan siswa, sehingga dapat menurunkan minat dan motivasi siswa, akibatnya hasil belajar siswa pun rendah.

Oleh karena itu diharapkan para guru selalu kreatif dan inovatif dalam mencari dan menggunakan media serta sumber belajar.

Tinggalkan komentar